Islam Space, Japan, Literature

Wajah Baru Novel Hankachi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Novel Hankachi kembali hadir dengan wajah baru!

Apakah hanya cover novel Hankachi yang diperbaharui?

Tidak! Perubahan cover itu menandai adanya beberapa perubahan pada isi novel Hankachi.

Mengapa novel Hankachi harus mengalami perubahan? Apa saja perubahan itu?

Jadi begini, pada novel Hankachi yang lama terdapat beberapa kesalahan sehingga memerlukan perbaikan. Beberapa hal yang berubah yang ingin saya luruskan pada novel Hankachi yang baru ini adalah sebagai berikut:

  1. Tidak Boleh Menisbahkan Nama pada Selain Ayah Kandung

Di masyarakat Jepang (termasuk di Barat), seorang wanita yang sudah menikah biasanya menggunakan nama keluarga suaminya. Di Indonesia pun banyak yang seperti itu. Misalnya, Bu Siti dipanggil Bu Budi karena nama suaminya Budi, Bu Wati dipanggil Bu Agus karena nama suaminya Agus, Bu Ani dipanggil Bu Heri karena nama suaminya Heri, dan seterusnya.

Dalam Islam, sebenarnya hal itu tidak diperbolehkan karena nama yang melekat pada nama kita berarti nama ayah kita. Jadi, apabila seorang wanita menggunakan nama suaminya, berarti dia mengakui suaminya sebagai ayahnya. Lho, jadi nggak bener, kan? Hubungan suami istri, kok, jadi hubungan ayah-anak.

Pada novel Hankachi, tokoh utamanya bernama Aoyama Kaori (Aoyama adalah nama ayah Kaori). Pada edisi Hankachi yang lama, setelah menikah Kaori berganti nama menjadi Okumura Kaori (Okumura adalah nama suaminya). Tentu saja hal ini tidak benar. Karena itu, pada novel Hankachi yang baru ini saya luruskan/perbaiki bahwa setelah menikah pun nama Kaori tetap Aoyama Kaori (tetap menggunakan nama ayahnya).

  1. Seorang Muslimah Tidak Boleh Menampakkan Auratnya pada Wanita nonMuslim

Seorang Muslimah tidak hanya dilarang menampakkan auratnya kepada laki-laki yang bukan mahramnya, tetapi juga kepada sesama Muslimah, apalagi kepada sesama wanita yang non-Muslim.

Pada edisi lama novel Hankachi, Kaori yang telah menjadi Muslimah dikisahkan bertemu dengan Youko (sahabatnya yang non-Muslim) di rumahnya. Karena saat itu Kaori masih menyembunyikan keislamannya, tentu saat menemui Youko itu Kaori tidak mengenakan kerudung, yang berarti menampakkan auratnya kepada wanita non-Muslim. Nah, seharusnya hal itu, kan, tidak diperbolehkan. Karena itu, pada novel Hankachi yang baru ini, adegan pertemuan Kaori dan Youko di rumahnya tersebut saya ganti dengan percakapan lewat telepon.

  1. Permainan Berbayar Termasuk Akad yang Batil

Biasanya di mall-mall, pusat perbelanjaan, atau taman-taman bermain terdapat permainan berbayar. Kita diminta membayar sejumlah uang untuk dapat bermain. Kalau berhasil, kita mendapat hadiah tertentu. Tapi, kalau gagal, kita tidak mendapat apa-apa. Ada juga yang berupa mesin permainan. Kita diminta memasukkan koin tertentu agar dapat bermain dan mengambil hadiah yang kita inginkan. Tapi, kalau gagal mengambil hadiahnya, ya kita nggak dapat apa-apa.

Nah, permainan seperti di atas termasuk akad yang batil. Kenapa? Karena transaksi tersebut menyerupai perjudian. Lho, kok, bisa? Baik, supaya lebih jelas, saya berikan contoh. Misalnya ada si A, si B, si C, dan si D yang masing-masing membayar Rp10.000,00 dan melakukan permainan, tapi karena semuanya gagal, maka tidak satu pun dari mereka yang mendapat hadiah. Lalu datanglah si E yang juga membayar Rp10.000,00. Karena si E berhasil dalam permainannya, maka dia mendapatkan hadiah yang mungkin harganya lebih dari Rp10.000,00 (uang yang dia bayarkan). Ini, kan, berarti antara jumlah uang yang dibayarkan dengan nilai barang yang diterima tidak sesuai. Ini juga berarti menyerupai perjudian. Dalam perjudian, orang yang kalah tidak akan mendapatkan sepeser pun dari transaksi tersebut, sementara orang yang menang memperoleh hadiah berupa akumulasi uang dari para pemain yang kalah. Karena itulah, transaksi/permainan tersebut termasuk akad yang batil/tidak sah. Lain halnya dengan jual beli, ketika kita membayarkan uang, maka kita akan akan mendapatkan barang sesuai dengan harga yang kita bayarkan.

Dalam novel Hankachi yang lama, adegan seperti itu ada, yaitu ketika Festival Tanabata. Pada edisi revisi novel Hankachi ini, adegan tersebut saya hilangkan.

  1. Pemimpin Perang Ain Jalut adalah Qutuz

Pada novel Hankachi yang lama, saya menyebutkan bahwa Perang Ain Jalut dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Maaf, pernyataan tersebut salah. Yang benar, Perang Ain Jalut dipimpin oleh Saifuddin Qutuz dan Ruknuddin Baybars.

  1. AlQuran Sangat Baik untuk Perkembangan Anak

Selama ini teori mengatakan bahwa musik klasik bagus untuk perkembangan anak. Entah ya, apakah pernyataan tersebut benar atau tidak. Tapi, yang pasti, sebaik apa pun musik klasik, tentunya al-Quran jauh lebih baik untuk perkembangan anak.

Demikianlah beberapa hal yang ingin saya perbaiki dari novel Hankachi yang lama sehingga muncullah novel Hankachi dengan wajah barunya ini.

Bagi teman-teman yang sudah membaca novel Hankachi yang lama, saya minta maaf atas kesalahan saya. Melalui tulisan ini dan novel Hankachi yang sudah direvisi, saya berharap dapat memperbaiki kesalahan tersebut.

Kepada Allah saya memohon ampunan atas segala kekhilafan dan kekurangan diri ini. Semoga Allah senantiasa membimbing langkah kita dan menunjukkan kita ke jalan kebenaran yang lurus. Amin.

Oh, iya. Ini dia cover baru novel Hankachi.

Hankachi New Front Cover

Novel Hankachi bisa diperoleh di http://nulisbuku.com/books/view_book/8660/hankachi.

Bisa juga pesan melalui asapenamulia@gmail.com.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Leave a comment