Journey

Berburu Batik Madura di Hari Batik Nasional

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, Allah masih menganugerahkan nikmat umur pada saya sehingga bisa kembali menyapa teman-teman dan berbagi pengalaman.

Teman-teman mungkin sudah pada tahu, ya? Mungkin juga ada yang belum tahu bahwa pada tanggal 2 Oktober itu diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Bertepatan dengan Hari Batik Nasional tahun ini, tepatnya tanggal 2 Oktober 2016 kemarin, saya berkesempatan untuk menginjakkan kaki di Pulau Madura. Adanya Jembatan Suramadu semakin memudahkan masyarakat menuju Pulau Garam ini. Nah, selain terkenal dengan karapan sapi dan garam, ternyata Madura juga terkenal dengan terasi dan batik. Pas banget jadinya buat nyari batik di Hari Batik Nasional.

Batik Madura yang terkenal itu salah satunya adalah batik Tanjung Bumi. Saya pun jadi penasaran untuk melihat sendiri di mana dan bagaimana batik tersebut dibuat.

Tanjung Bumi sendiri merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bangkalan. Syukurlah, Bangkalan itu letaknya paling dekat dengan Surabaya. Jadi nggak perlu jauh-jauh untuk berburu batik terkenal.

Singkat cerita, akhirnya tibalah saya di Bangkalan. Tapi ternyata yang namanya Kecamatan Tanjung Bumi itu masih masuk jauuuh … masih harus menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih. Rasanya hampir putus asa dan balik lagi ke Surabaya karena cuaca gelap plus mau hujan dan hari sudah sore. Tapi … telanjur basah. Akhirnya tancap gas teruuus ….

Akhirnya tiba juga di Kecamatan Tanjung Bumi. Rasanya lega sekali. Tapi … lho, kok? Yang ada cuma jalan raya yang di kiri kanannya masih berupa lahan pertanian. Ini mana para pengrajin batiknya?

Tapi, lagi-lagi jalan saja terus. Akhirnya saya berhenti di salah satu rumah warga karena di terasnya ada tiga ibu-ibu lagi duduk-duduk . Daripada nanti nyasar, lebih baik tanya saja, deh. Waktu tanya di mana tempat pembuatan batik Tanjung Bumi, asli saya bingung karena mereka ngomong pakai bahasa Madura dan saya sama sekali nggak paham. Syukurlah salah satu di antara mereka paham bahasa Indonesia walaupun sepertinya nggak terlalu fasih. Beliau ini juga yang akhirnya menyuruh anaknya untuk mengantar saya langsung ke rumah salah satu pengrajin batik tulis Tanjung Bumi.

Wow! Saya agak kaget juga. Mereka, kok, baik banget, ya? Nggak cuma nunjukin jalannya, tetapi juga nganterin langsung ke rumahnya.

Ya, akhirnya bareng sama anak ibu ini, saya ke rumah pengrajin batik Tanjung Bumi itu. Sampai di sana, saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya-tanya soal batik Madura, khususnya batik Tanjung Bumi. Mulai dari jenis-jenis batik, jenis kain yang digunakan, ukuran kain, nama-nama motif batik, dan seterusnya. Saya juga membeli beberapa potong batik untuk oleh-oleh … dan ternyata ibu pengrajin batik ini juga ngasih saya oleh-oleh berupa terasi udang karena selain membuat batik, ibu ini juga membuat terasi udang.

Oh, ya. Selama saya ngobrol dengan ibu ini, hujan mengguyur dengan derasnya. Memang sebelum sampai tadi sudah mulai gerimis. Jadinya … suasananya benar-benar syahdu, hehe ….

Begitu hujan reda, keperluan saya juga sudah selesai. Saya pun pamit, biar nggak kemalaman di jalan. Tapi karena memang sudah sore, tetap saja saya tiba kembali di Surabaya pas hari sudah malam. Apalagi, habis shalat Asar nggak bisa langsung pulang karena hujan kembali tercurah deras dari langit. Jadi ya harus berteduh dulu. Syukurlah, saya sudah sampai di rumah pukul 20.00. Ya, tidak terlalu malam lah ….

Hasilnya … senang, tapi capek banget. Tapi, saya masih kurang puas dan ingin menjelajah lebih banyak lagi. Semoga suatu saat bisa ke Madura lagi, hunting batik lagi, tanya-tanya lagi, belajar lebih banyak lagi ….

Sekian dulu ya, berbagi pengalamannya. Insyaa Allah nanti dilengkapi lagi, bisa di tulisan ini atau tulisan selanjutnya. Semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

fb: Rayyan Shop

email/fb: asapenamulia@gmail.com

twitter: @asapenamulia

instagram: @asapenamulia

blog: asapenamulia.wordpress.com dan asapenamulia.blogspot.co.id